Sabtu, 05 Januari 2013

REVIEW JURNAL 4.3 Ekonomi Koperasi



STUDI PERAN SERTA WANITA DALAM PENGEMBANGANUSAHA KECIL MENENGAH DAN KOPERASI

sumber :
http://smecda.com/kajian/menu/menu_isi____/jurnal_1_2006.htm


V.    KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1.Dalam kegiatan UKM, wanita  berperan sebagai pelaku usaha atausebagai pemilik, sebagai manager ataupun tenaga kerja. Dalam kegiatankoperasi, wanita dapat berperan sebagai anggota, pengurus, pengawas,manager, pembina ataupun pendamping usaha. Peran serta wanita dalamberbagai sektor, namun sesuai dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikiwanita seperti tekun, teliti, ulet, sabar, jujur, tangguh, rasa tanggung jawabtinggi, kemauan keras, semangat tinggi, disiplin, maka kebanyakan wanita berhasil dalam bidang keuangan, kerajinan, industri pengolahan,hal ini juga ditunjukkan dari hasil penelitian ini yang mana hampir seluruh koperasi dengan kegiatan usaha pokoknya simpan pinjam cukup berhasil.Sedang sebagai  pengusaha kecil wanita banyak bergerak dalam usahapertokoan, industri makanan dan minuman, konveksi/garmen, salon/riaspengantin sekaligus memproduksi assesorisnya, kerajinan dari lontar,kaca, keramik dan sebagainya.

2. Koperasi contoh yang dikelola wanita, dapat diketegorikan koperasi kecil,sedang, besar dan sangat besar  dilihat dari kelembagaan khususnyajumlah anggota dan tenaga kerjanya, maupun kinerja usahanya dan hampirsemuanya berjalan cukup baik. Dari penelitian ini terdapat Koperasi Wanita yang cukup menonjol  dan dikategorikan sangat besar yaitu K1 Sulseldengan anggota lebih 1000 orang, K1 Jatim dengan anggota lebih 6000orang dan K2 Jatim dengan anggota lebih  9000 orang. Ketiga koperasi ini juga  memiliki kinerja usaha seperti modal sendiri, modal luar, volume usaha, sisa hasil usaha cukup besar dengan perkembangan cukup baikpula. Ketiga Koperasi tersebut memiliki omset atau volume usaha pertahun cukup tinggi yaitu K2 Jatim (Rp 35,41 M),  K1 Jatim (Rp 6,5 M),dan K1 Sulsel (Rp 2,6 M), yang mana VU ini akan memberikan multifiereffect pada usaha mikro dan kecil di wilayahnya karena kebanyakanVUnya berupa pinjaman modal kerja pada UKM.   kategori kecil, sedang dan besar, meskipun nilai nominal usahanya tidakterlalu besar namun memiliki perkembangan baik selama dua tahunterakhir,  seperti K1 Jawa Barat, K2 Kalimantan Barat, dan K1 SumateraBarat. Kinerja usaha kecil sampel cukup baik pula, dilihat dari modalswadaya, omset, dan margin yang dicapai yaitu rata-rata lebih dari 25%, meskipun dalam hal penyerapan tenaga kerjanya masih relatif kecil.Dengan demikian dapat dikatakan wanita memiliki kompetensi cukupbaik dalam pengembangan UKMK. Dengan syarat benar-benarmencurahkan cukup waktu dan pikirannya dalam kegiatan tersebut.

3.Dilihat dari kelebihannya, wanita pelaku usaha memiliki berbagai kelebihanseperti ulet (54,4%), tanggung jawab( 34,38 %), teliti dan  rasa tanggungjawab masing-masing 34,38 %, tekun, sabar dan jujur masing-masing21,88 %, kreatif dan ingin maju masing-masing 18,75% dari jumlahsampel,  merupakan faktor dominan penyebab wanita berhasil sebagaipelaku usaha, dan sebaliknya memilki kelemahan antara lain karenakurang dukungan keluarga ( 37,5 % dari jumlah sampel), kurang dukunganlingkungan dan pemerintah setempat (28,12% dari jumlah sampel), peranganda (21,88 %), kurang berani mengambil resiko dan bersifat konsumtifmasing-masing 15,62 %, kurang profesional (12,5% dari jumlah sampel )merupakan faktor penyebab wanita gagal sebagai pelaku usaha.

4.Koperasi/UKM sampel masih menghadapi permasalahan-permasalahandalam mengembangkan usahanya, seperti kurang modal, lemahnya SDM,kurang menguasai teknologi/pasar  memperngaruhi kinerja usaha,sehingga permasalahan-permasalahan tersebut perlu dicarikan pemecahansecara terpadu.

5.Hampir seluruh responden wanita pelaku usaha menyatakan inginmenciptakan lapangan usaha/mengurangi penggangguran sebagai motivasi mengapa berkiprah dalam dunia usaha (96,88 % dari jumlahsampel),  hal ini menunjukkan adanya kesadaran wanita untuk ikut sertamengatasi kondisi kritis yang dihadapi bangsa Indonesia khususnyadengan semakin meningkatnya penggangguran.

5. Sebanyak 87,8 % responden wanita pelaku usaha yang menyatakantidak ada kesulitan dalam menjalin hubungan kerja dengan anak buah,sejawat, ini menunjukkan responden memiliki kemampuan peran sosial yang baik

6.Dari penilaian anak buah/pembina tentang kepemimpinan, hubungan kerja,citra diri dan kompetensinya, ternyata 72,7% sampel wanita pelaku usahakepemimpinannya bersifat partisipatif, 27,3 % semi partisipatif, dan tidakada yang bersifat otoriter. Dalam  hal  hubungan kerja dengan bawahan/sejawat, ternyata 15 orang (46,87% dari jumlah sampel dinilai bersifatpada anak buah, dan tidak  yang bersifat suka bekerja sendiri. Adapuncitra diri seluruh sampel dilihat  dari aspek kejujuran, keterbukaan,tanggung jawab, kepedulian, respek dan disiplin, seluruhnya dinilaii baikdan sedang, tidak ada yang dinilai kurang. Dalam hal kompetensi sampel,ternyata belum seluruh wanita pelaku usaha yang dijadikan sampelmemiliki seluruh kompetensi yang seharusnya dimiliki, yaitu masih adayang tidak berani mengambil resiko, tidak kreatif, tidak proaktif, tidakberjiwa besar, tidak percaya diri, dan tidak tegas.

7.Terdapat kesadaran dan kemauan yang tinggi dari wanita pelaku usahauntuk meningkatkan kemampuan ketrampilannya agar dapat meningkatkanusahanya, baik dalam bentuk pendidikan/pelatihan, studi banding,maupun magang. Materi peningkatan pengetahuan yang paling banyakdiminati yaitu tentang bisnis 21 responden (65,62%), kemudianpemasaran, konsumen/pelanggan, dan lingkungan strategis, masing-masing diminati oleh 20, 17, dan 16 responden atau masing-masing 62,5%, 53,12%, dan 50% dari sampel.  Materi peningkatan ketrampilan yangpaling banyak diminati adalah peningkatan ketrampilan manajerial 21responden (65,5%), kemudian cara memanfaatkan teknologi,memanfaatkan sumberdaya, memasarkan produk masing-masing diminatioleh 17 responden atau 53,12%.

5.2 Saran
1. Untuk mengatasi permasalahan dalam sulitnya akses pada sumber-sumber permodalan, pemerintah diharapkan dapat memberikankemudahan pada koperasi/UKM memperoleh fasilitas kredit, konsep ModalAwal Padanan (MAP) yang dirintis BPSKPKM yang mudah diakseskoperasi/UKM mungkin implementasinya dapat diperluas.

2. Guna meningkatkan kompetensi pelaku usaha dalam rangkameningkatkan usahanya perlu dilakukan peningkatan pengetahuan,ketrampilan dari pelaku usaha koperasi/UKM baik berupa diklat, kursus,magang, studi banding, ataupun perbandingan usaha, yang mana materinya sesuai dengan kebutuhan dan kegiatan usahanya.

3. Adanya kebutuhan pembinaan manajerial, pelayanan bisnis lainnya untukmemudahkan akses pada sumber permodalan, kerjasama dengan sumberbahan baku, informasi pasar, untuk itu implementasi LPB ( LembagaPelayanan Bisnis) ataupun pendampingan bisnis implementasinyahendaknya diperluas untuk  pelaku usaha wanita. 151

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Laporan Akhir Penelitian Peranan Wanita Dalam Pengembangan
Koperasi,  Badan Penelitian dan Pengembangan Koperasi,
Departemen Koperasi, 1991-1992;

Hesti, R.Wd. Penelitian Perspektif Gender dalam Analisis Gender Dalam
Memahami Persoalan Perempuan, Jurnal Analisis Sosial Edisi IV
Nopember 1996;

Hetifah, S. dkk, Strategi dan Agenda Pengembangan Usaha Kecil, Seri
Penelitian AKATIGA, Yayasan AKATIGA 1995;

Masykur Wiratmo, Pengantar Kewiraswastaan Kerangka Dasar
Memasuki Dunia Bisnis, BPFE – UGM Yogyakarta, edisi Pertama;
Porter Michael E, “Competitive Advantage”, The Free Press, 1985;

Siagian Salim dan Asfahani, Kewirausahaan Indonesia dengan Semangat
17-8-1945, Puslatkop. PK Depkop dan Pembinaan Pengusaha Kecil,
Jakarta;

Sumampaw, S.A. dkk, Ada Bersama Tradisi Seri Usaha Mikro Kecil,
Swisscontact dan Limpad, 2000


NAMA : RACHMA ANNASTARI
NPM   : 25211695


Tidak ada komentar:

Posting Komentar