Minggu, 06 Januari 2013

REVIEW JURNAL 5.4 Ekonomi Koperasi


Perbaikan Mutu Lada dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing di Pasar Dunia  dengan Koperasi

oleh :
NANAN NURDJANNAH
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian



PELUANG PERBAIKAN MUTU

Mengingat ketatnya persaingan di pasar dunia, permintaan konsumen yang makin meningkat dari segi kebersihan (kesehatan) dan banyaknya petani lada Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari lada, maka perlu dilakukan usaha yang lebih intensif dalam memperbaiki mutu produk lada Indonesia. Dari segi teknologi perbaikan mutu, baik usaha memproduksi buah lada dengan mutu yang baik sebagai bahan baku maupun cara pengolahan dan pengemasannya sudah tersedia cukup banyak. Khusus dari segi pengolahan lada putih dan lada hitam, mulai dari perbaikan cara tradisional sampai usaha perbaikan mutu dengan pengolahan menggunakan mesin sudah tersedia dan siap untuk diaplikasikan di lapangan.

Uji coba di lapangan sudah pernah dilakukan, di antaranya di Provinsi Bangka Belitung dan Kalimantan Timur. Uji coba di Kalimantan Timur dilakukan dengan bantuan dari FAO. Pada uji coba alat-alat tersebut dilakukan pelatihan sebanyak dua kali terhadap kelompok tani penerima bantuan, juga pada kelompok tani yang lainnya. FAO menilai proses peningkatan mutu tersebut berhasil karena telah dapat menggugah kesadaran para petani mengenai pentingnya peningkatan mutu, dan beberapa petani telah bersedia mengolah lada putih dengan metoda yang dianjurkan, dan lada putih yang dihasilkan mempunyai warna putih kekuningan dengan spesifikasi mutu yang memenuhi syarat mutu IPC. Disamping itu lada yang dihasilkan mendapat harga Rp. 500,-/kg lebih tinggi (Rp. 14.500,-, pertengahan tahun 2005) di pasar lokal dari pada yang diolah dengan cara tradisional (Rp. 14.000,-, pertengahan tahun 2005), bahkan salah satu eksportir dari Surabaya bersedia membeli Rp. 17.500,- /kg dengan syarat dapat tersedia produk paling sedikit 2 ton untuk satu kali pembelian (Nurdjannah dan Hidayat, 2006). Hal ini belum dapat dipenuhi karena kegiatan tersebut merupakan suatu model percontohan yang masih memerlukan pengembangan. Untuk pengembangannya memerlukan pihak-pihak terkait lain yang harus terlibat mulai dari replikasi model percontohan untuk memenuhi jumlah produk yang diminta, maupun penyediaan bahan baku yang baik, pemasaran dan distribusi serta kelembagaannya.

Menghadapi keadaan tersebut di atas, keterpaduan antara teknologi budidaya dan pengolahan hasil perlu ditingkatkan karena mutu produk tidak saja ditentukan oleh pengolahan tetapi juga oleh faktor budidaya atau kondisi pertanaman. Kontrol terhadap mutu perlu dilakukan dengan pendekatan analisa bahaya dan pengendalian titik kritis atau “Hazard Análisis Critical Control Point (HACCP)”. Pendekatan ini melibatkan semua unsur mulai dari tingkat petani, pengolah, pedagang, eksportir, lembaga penelitian dan pemerintah pusat dan daerah (Ta’dung, 1999). Melalui pendekatan HACCP seluruh alur produksi dapat ditelusuri, dicegah atau dikendalikan dari kemungkinan terjadinya kesalahan dan penyimpangan produksi.

Negara-negara penghasil lada lain seperti Malaysia dan India melakukan usaha-usaha perbaikan mutu lada yang hampir sama seperti di Indonesia, dari mulai perbaikan bahan tanaman, cara budidaya dan pengolahannya. Namun demikian usaha yang dilakukan sudahterintegrasi, karena negara-negara tersebut sudah mempunyai status badan khusus yang menangani mulai dari hulu sampai hilir.

Malaysia memiliki suatu badan yang menangani atau mengkoordinasikan segala hal mengenai lada yang dinamakan Pepper Marketing Board (PMB). Untuk meningkatkan mutu lada di tingkat petani, PMB bekerjasama dengan Departemen Pertanian mengadakan pelatihan-pelatihan pada petani untuk mengolah produknya supaya sesuai dengan mutu untuk keperluan ekspor. Selain itu bagi beberapa kelompok tani terpilih disediakan alat-alat pengolahan seperti alat pengering mekanis, alat pemisah spiral, lantai jemur. Hal ini dilakukan dalam rangka transfer teknologi pengolahan pada petani dan upaya agar petani dapat menghasilkan lada dengan harga premium (Anonymous, 2004b). Selain upaya di atas, PMB membeli lada dari petani berkompetisi dengan pedagang perantara, dan membantu mengekspor langsung ke pengguna supaya petani mendapat harga yang sesuai dengan keadaan pasar dan berusaha mendapat pasar yang baru. Dalam upaya untuk menstabilkan pendapatan petani, PMB memberi kesempatan pada petani untuk menyimpan ladanya digudang milik PMB sampai menunggu harga yang layak. Untuk petani yang menyimpan lada di gudang PMB diberi sertifikat yang dapat ditransfer atau dijual, dan mereka diberi bimbingan untuk mencari pasar langsung dengan menawarkan lada yang siap ekspor pada eksportir (Kanbur dan Abdullah, 2000).
Di India terdapat suatu badan yang dinamakan “Spice Board” yang menangani mengenai rempah. Untuk meningkatkan mutu lada,  Spice Board mengadakan pelatihan mengenai mutu yang diinginkan oleh negara-negara pengimpor lada dan cara-cara produksi lada yang higienis terhadap petani, pedagang, eksportir, pegawai pertanian yang terkait dan para pengolah lada (Anonymous, 2004c). Selain itu “Spice Board” juga menyediakan fasilitas dan peralatan untuk menunjang usaha tersebut. Pengawasan mutu sudah dilakukan mulai dari pertanaman, pengolahan, pemasaran dan ekspor yang dilengkapi dengan program training di semua tingkatan tersebut (Nambiar, 1999). Di beberapa daerah pemisahan buah dari tangkainya sudah dilakukan dengan mesin perontok dengan kapasitas 1,5 ton/hari. Disamping itu telah ada pula modifikasi alat perontok yang dapat merontokkan lada sebanyak 3 ton/jam (Zachariah, 2000).

Belajar dari negara-negara penghasil lada lain yang telah berhasil dalam usaha peningkatan mutu, seperti Malaysia dan India, maka peningkatan mutu perlu dilakukan sejak tingkat petani dengan menerapkan metoda-metoda pengolahan yang sudah diperbaiki dan higienis, serta program pelatihan yang terus menerus. Selain itu harus dibentuk sebuah badan yang mengurus rempah umumnya dan lada khususnya yang menangani komoditas tersebut dari hulu sampai hilir, dan mempunyai akses ke semua pihak yang berkecimpung dalam bidang produksi lada sampai pemasarannya. Dengan demikian diharapkan usaha tersebut merupakan sesuatu yang konsisten, berkesinambungan dan menimbulkan dampak positif baik untuk petani sebagai produsen, maupun bagi perladaan umumnya, terutama daya saing di pasar internasional.

NAMA : RACHMA ANNASTARI
NPM   : 25211695

Tidak ada komentar:

Posting Komentar