Sabtu, 05 Januari 2013

REVIEW JURNAL 4.2 Ekonomi Koperasi


STUDI PERAN SERTA WANITA DALAM PENGEMBANGANUSAHA KECIL MENENGAH DAN KOPERASI

sumber :
III.   METODA PENELITIAN

3.1. Lokasi
Studi ini dilaksanakan di lima propinsi yaitu : Sumatera Barat, Jawa Barat,Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Barat.

3.2.  Metode Penelitian dan Analisis Data

3.2.1. Metode Studi
Studi ini menggunakan metoda survey, namun berbeda denganpenelitian konvensional, metodologi studi perempuan pada umumnyadan penelitian yang perspektif gender pada khususnya merupakan penelitian aksi  participatory untuk perempuan (bukan penelitian“tentang perempuan). Penelitian untuk perempuan, yaitu penelitianyang mencakup kebutuhan, minat, pengalaman perempuan, sebagaiinstrument untuk meningkatkan status kehidupan dankesejahteraannya (Duelli Klein, 1983).  Untuk itu dibutuhkan perubahansebagai berikut a). Perubahan Obyek Menjadi Subjek Penelitian,b).Topik penelitian, harus berawal dari isu actual yang ditemukan dilapangan (grounded research), c).Alur Penelitian dari Bawah ke Atas,d) Penelitian kualitatif, akomodatif antara peneliti dan responden yangditeliti, untuk bekerja sama, saling menghormati, saling bergantungdan saling membantu. Metode yang banyak dikembangkan adalahobservasi partisipasi, e). Penempatan pengalaman pribadi sebagaisuatu material.
Tehnik pengumpulan data primer dengan pengamatan dan diskusi,pengmatan  langsung di lapang, dengan menggunakan kuesioner. Datasekunder diperoleh dari studi pustaka, Dinas Koperasi dan instansi terkait baik tingkat propinsi maupun kabupaten berupapublikasi, dokumen, laporan kegiatan.

3.2.2. Penetapan Sampel dan Responden
Penetapan kelompok usaha bersama wanita (KUB), pelaku usahawanita diberbagai jenis usaha, asosiasi pengusaha wanita, Pembina/pendampingan usaha, koperasi wanita atau koperasi lainnya yangpengurus/pengelolanya sebagian besar wanita sebagai sample maupunrespondennya dilakukannya secara sengaja (purposive sampling method)

3.2.3. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data dilaksanakan dengan cara tabulasi dan  analisa datadilakukan secara diskriftif reflektif

3.3.  Ruang Lingkup
Aspek yang menjadi focus dalam penelitian ini adalah:
- Identifikasi kompetensi wanita dalam pengembangan usaha ataukewirausahaan, yang terdiri dari ; motif, sifat, citra diri, peran social,pengetahuan, ketrampilan
- Identifikasi peran serta wanita dalam berbagai kegiatan usaha dari berbagaisector usaha, kelompok usaha bersama (KUB), koperasi wanita ataukoperasi lainnya yang pengelolanya sebagian besar wanita
- Identifikasi kinerja KUB wanita, kegiatan usaha wanita diberbagai jenisusaha, sosiasi usaha, pendampingan usaha, koperasi wanita atau koperasilainnya  yang pengelolanya sebagian besar wanita
- Identifikasi faktor pendorong dan penghambat peran serta wanita dalampengembangan kegiatan usaha

IV.   HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kinerja Kelembagaan dan Usaha Koperasi Sampel
Dari 10 koperasi sampel di 5 propinsi lokasi studi, hampir seluruhnya KoperasiWanita (9 koperasi), dan hanya satu Koperasi jenis lainnya yaitu KSU (tabel1).  Kegiatan usaha pokok koperasi sampel adalah simpan pinjam, sedangkegiatan usaha lain yang ditangani antara lain KCK, toko/ waserda, kantin/catering, wartel/ kiospon, kredit barang dan konveksi. Pengurus Koperasisample berjumlah 3 sampai 6 orang , 5 Koperasi 5 Koperasi (50%)  telahmemiliki manager dengan pendidikan SLTA (3 kop: K1, K2 Jabar dan K1 Sulsel),dan S1 (2 Kopwan Jatim). Dari tenaga kerja (TK) yang dimiliki, 4 koperasicontoh  termasuk kecii hanya menggunakan tenaga kerja 1 sampai 3 orang,2 koperasi agak besar yaitu menggunakan TK 6 an 9 orang dan 2 koperasitermasuk besar yaitu Kopwan Jatim dengan tenaga kerja 66 orang ( K1) dan94 orang (K2). Curahan waktu pengurus dalam mengelola Koperasi ada yangsecara sambilan : 3 sampai 4 jam per hari ( 3 koperasi ), namun kebanyakanfull time :  6 - 8  jam per hari  (K1,K2 Kalbar dan K1 Sulsel), bahkan pengurusKopwan Jatim 12 jam  dan 15 jam per hari.Dilihat dari jumlah anggota, 2 Koperasi contoh dapat dikategorikan koperasikecil,  dengan jumlah anggota 60 dan 66 orang, kategori koperasi sedang 2koperasi dengan anggota 129, dan 136 orang ,  2 koperasi agak besar dengananggota 218 dan 342 orang,1 koperasi termasuk besar dengan anggota 518orang, dan 3 koperasi termasuk sangat besar   dengan anggota 1121 orang (K1 Sulsel) , 6349 orang ( K1 Jatim ) dan 9177 orang ( K2 Jatim). Sedang dariperkembangan anggotanya , perkembangan anggota paling rendah  K2 Jabar yaitu menurun 37,5 % dan perkembangan paling tinggi adalah K2 Sumbar34,69 % dan K1 Jatim 35,67 %.

Tabel 1. Kinerja dan Perkembangan Kelembagaan Koperasi Sampel
Tahun 1999 – 2000


Sumbar
KI       K2
Jabar
KI         K2
Jatim
K1       K2
Kalbar
K1       K2
Sulsel
K1       K2
1
2
3
4
5
6
Pengurus(orang)
Pendidikan Manager
TK (orang)
Curahan Waktu
Pengurus (jam)
Jml Anggota (orang)
Perkemb Anggota 1999 2000 (%)
3         3
-
2        1
3        4
342   66
3,01  34,69

6           5
SLTA   SLTA
3          6
-
129
(37,5)

4
S1
94
15
6.349
35.67

6
-
-
6
60
(5.26)

5
SLTA
9
8
1.121
(3.2)



Tabel 2. Kinerja Usaha Koperasi Sampel Tahun 2000 dan
                   Perkembangannya pada  Tahun 1999 – 2000



Sumbar
KI       K2
Jabar
KI         K2
Jatim
K1       K2
Kalbar
K1       K2
Sulsel
K1       K2
1
2
3
4
5
6
Pengurus(orang)
Pendidikan Manager
TK (orang)
Curahan Waktu
Pengurus (jam)
Jml Anggota (orang)
Perkemb Anggota 1999 2000 (%)
3         3
-
2        1
3        4
342   66
3,01  34,69

6           5
SLTA   SLTA
3          6
-
129
(37,5)

4
S1
94
15
6.349
35.67

6
-
-
6
60
(5.26)

5
SLTA
9
8
1.121
(3.2)

Kinerja usaha 10 koperasi contoh cukup beragam ( tabel 2 ), modal sendiri(MS)pada tahun 2000 dari paling rendah sebesar Rp 3 juta (K1 Kalbar), dan palingtinggi Rp 7,5 M (K2 Jatim), dua  koperasi yang memiliki MS antara 500 jutasampai  hampir 1 M  yaitu K1 Jatim : Rp 947, 8 juta dan K1 Sulsel Rp 547,34juta. Dengan demikian bila dilihat nilai MS maka K2 Jatim paling tinggi, sedangbila dilihat dari perkembangan MS pada tahun 1999-2000, peningkatan palingtinggi adalah K2 Kalbar dan K1 Jatim ( 51,98% dan 46,36%).
Dilihat dari modal luar yang dapat dihimpun, yang kebanyakan merupakansimpanan sukarela ataupun jenis simpanan lainnya, dan sebagian pinjamandari perbankan, Koperasi yang paling berhasil menghimpun dana adalah K1Sulsel sebesar Rp 2,1 M, kemudian K1 Jatim : Rp 834, 65 juta dan K2 Jatim: Rp 818,28. Sedang bila dilihat dari peningkatan modal luar pada  tahun1999-2000, peningkatan paling tinggi dicapai K1 Sumbar : 50,84% kemudianK2 Sulsel : 48,41% dan K1 Jatim : 31,34%.

Dilihat dari volume usaha (VU)  yang dicapai dimana untuk koperasi yangkegiatan pokoknya simpan pinjam, volume yang paling besar adalah pemberianpinjaman pada anggota maupun non anggota yang mendapat rekomendasi,V.U. tertinggi dicapai K2 Jatim : Rp 35,41 M, kemudian K2 Jatim : Rp 6,5 M,K1 Sulsel : Rp 2,6 M dan K2 Sumbar : Rp 1,1 M. Sedang bila dilihat daripeningkatan V Unya, peningkatan paling tinggi adalah K1 Jabar : 83,02%,kemudian K1 Sulsel 60,16%, K1 Jatim 58,25 % dan K2 Sumbar 39,22%.Adapun dari perolehan SHU ternyata K2 Jatim nilai SHUnya paling tinggi yaituRp 129,46 juta  kemudian K1 Sulsel Rp 101,33 juta, K1 Jatim Rp 52,87 juta,dan K2  Jabar Rp 20,13 juta. Dilihat dari perkembangan SHU pada tahun1999-2000: perkembangan tertinggi K2 Kalbar 51,99 % kemudian K1 Jabar36,99 %, K2 Jatim 35,70% dan K1 Sumbar 33,10%.

Bila dikaitkan antara peningkatan volume usaha dan SHU, K2 Jatim mengalamipeningkatan VU 37,84 % diikuti dengan peningkatan SHU 35,79 %, K2 KalbarVU meningkat 36, 5% SHUnya meningkat 51,99 % hal ini menunjukkankoperasi berjalan lebih efisien sehingga kenaikan VU diikuti dengan kenaikanSHU. K1 Jatim VU nya meningkat 50,25 % SHUnya hanya meningkat 1,75 %, demikian halnya K1 Sullsel VU nya menigkat 60,16 % SHUnya hanyameningkat 9,58 %, menunjukkan koperasi tidak effisien, apalagi K2 SumbarVUnya meningkat 39,22% tapi SHUnya menurun 30,22%, demikian halnyaK2 Sulsel VUnya meningkat 13,4 % tapi SHUnya menurun 35,26 %.

4.2 Kinerja UKM contoh di lima Propinsi
Usaha kecil wanita yang menjadi sampel dalam penelitian ini 22 UK (Tabel 3dan 4 )  yaitu Jatim 2 UK, Jabar 6 UK, Kalbar 3 UK, dua diantaranya adalahKUB, Sulsel 7 UK diantaranya 2 KUB dan Sumbar 4 UK, Kebanyakan UKMcontoh telah memulai usahanya sejak t\ahun 1990an atau berumur 5-10 tahunyaitu sebanyak 16 UK, tahun 1980 an atau berumur 15-20 tahun 5 UKsatu UK telah berumur 30 tahun. UKM wanita bergerak diberbagai macamkegiatan,  kebanyakan adalah kegiatan yang membutuhkan ketrampilanwanita, seperti konveksi, menjahit, memproduksi jeans,denim, seragam, topi,salon, rias pengantin,  memproduksi aksesoris pengantin, pelaminan,memproduksi makanan seperti roti atau kue basah/ kue kering, mie basah/mie kering, keripik sanjai, pengolahan ikan, kerajinan seperti tenun ikat, tikar,tas, dompet, wartel, toko dan sebagainya.

Dilihat dari pendidikan pelaku usaha, sebagian besar (95,45%) pendidikannyasetingkat SLTP dan SLTA, hanya satu (4,55%) contoh pelaku usaha yang pendidikannya S1. Curahan waktu yang digunakan untuk mengelola usahaskitar 4 sampai 10 jam. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, karena UK sampelini kebanyakan adalah industri atau usaha rumah tangga, penyerapan tenagakerja relatif masih kecil yaitu sekitar 2 sampai 15 orang, adapun 4 UKM yangmemiliki  50 dan 60 tenaga kerja sebernarnya mereka adalah anggota kelompok

Untuk menjalankan usahanya, dari 22 UK sampel hanya 12 orang (54,54%)yang telah memanfaatkan modal luar atau pinjaman untuk menjalankanusahanya, selebihnya (45,46%) menggunakan modal swadaya. Modalswadaya yang digunakan sangat bervariasi mulai dari Rp 5 juta sampai yangpaling tinggi Rp 385 juta. Omset yang dicapaipun sangat bervariasi dari Rp 80juta per tahun sampai Rp 500 juta per tahun dengan catatan ada 8 UK tidakdapat memberikan nilai omset yang dicapai, karena UKM belum melakukanpembukuan secara baik . Kegiatan usaha UK sampel kinerjanya dapatdikatakan cukup baik dan masih prospektif karena margin yang diperolehrata-rata 25,72%  dengan margin tertinggi mencapai 60% dan margin terendah10%.

No
Propinsi
Jml
Ukm
unit
Pendidikan

Curahan
Waktu
(jam
Kepemilikan
manajet
TK
(orang)








1
Sumbar
4
4
-
7-8
2
4-10
2
Jabar
3
3
-
7-10
-
2-15
3
Jatim
2
2
-
6-7
1
6
4
Kalbar
3
3
-
7-8
1
3-50
5
sulsel
7
6
1
5-10
2
4-60


22
20
1

6


4.3 Keberhasilan dan Kegagalan Wanita Sebagai Pelaku Usaha
Keberhasilan wanita ditunjang dari kelebihan-kelebihan wanita  yangmerupakan faktor dominan terhadap keberhasilannya sebagai pelaku usahaantara lain telaten, jujur sehingga lebih dipercaya, ulet, sabar, teliti, cermat,serius, tekun, berani mengambil resiko, tangguh, tidak mudah menyerah,memiliki jiwa bisnis atau wira usaha, kemauan keras, semangat, dedikasidan loyalitas tinggi, terbuka, bekerja dengan ikhlas,  selalu menjaga namabaik, tidak egois, disiplin dalam administrasi maupun pengelolaan keuangan,yang mana kelebihan-kelebihan tersebut harus selalu dijaga dandikembangkan.

Sebaliknya wanita memiliki pula kelemahan-kelemahan yang dapat menjadipenyebab kegagalannya sebagai pelaku bisnis antara lain : memanfaatkankesempatan untuk kepentingan pribadi, tidak berani mengambil resiko, kurangpercaya diri, atau terlalu percaya diri, terlalu berambisi sehingga menanganiusaha diluar kemampuannya, wawasan sempit sehingga kurang informasi,tidak bisa membagi waktu atas peran gandanya, sibuk dengan urusan keluargasehingga curahan waktu untuk kegiatan usahanya minimal, kurang sabar atauemosi tinggi, menetapkan keputusan dengan tergesa-gesa, masih bergantungatau didominasi suami, consumtive, tidak terbuka, tidak bersungguh-sungguh,yang mana kelemahan-kelemahan tersebut hendaknya diminimalisir

4.4 Permasalahan Yang Dihadapi dan Kiat Yang Dilakukan Koperasi atau UKM Dalam  Pengembangan Usahanya
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi UKM maupun koperasi demikianpula UKMK wanita dapat mempengaruhi kinerjanya, meskipun hal-hal tersebutmerupakan permasalahan klasik perlu dicarikan pemecahannya.Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain  kurang modal, lemahnyaSDM, kurang sarana/ prasarana, sulitnya akses ke perbankan, kurangmenguasai pasar, kurang menguasai penggunaan teknologi, yang meskipunpelaku usaha wanita mempunyai kompetensi lebih,  perlu juga  dicarikanjalan keluarnya secara lintas sektoral atau terpadu.

4.5 Alasan Mengapa Wanita Berkiprah Di Koperasi atau UKM
Pertanyaan apa alasan atau motivasi wanita melakukan usaha, yaitu untukmenentukan apa yang ingin dicapai, tujuan apa yang hendak dicapai, sertaproduk apa yang akan dihasilkan. Dari 32 responden wanita pelaku usaha,ternyata 31 orang (96,88 %)menyatakan ingin mengurangi pengangguran ataumenciptakan lapangan usaha, kemudian ingin meringankan beban keluarga10 orang (31,35%), ingin mengubah nasib 8 orang (25 %), ingin menjadi dirisendiri 5 orang (15,12%), lain-lain yaitu ingin mengembangkan orang lain,agar berguna bagi orang lain, meningkatkan kesejahteraan anggota koperasisebanyak 3 orang (31,35 %). serta yang menjawab ingin kaya hanya 1 orang.Banyaknya motivasi wanita melakukan usaha karena ingin mengurangipengangguran atau menciptakan lapangan usaha, menunjukkankesadaran dari wanita atas kondisi pengangguran  yang semakin meningkat,adanya kesadaran dari wanita untuk menciptakan pekerjaan bukan mencaripekerjaan.

4.7 Pemanfaatan Teknologi Dan Pemikiran Diversifikasi Usaha
Teknologi sangat bermanfaat dalam rangka pengembangan usaha, baik dalamrangka peningkatan kualitas maupun kuantitas karena dengan teknologipekerjaan berjalan secara otomatis akan mempersingkat waktu, mungkin bisamenekan biaya, dan meningkatkan kualitas produk. Atas pertanyaan pemanfaatan teknologi, dari 32 responden ternyata 24 orang ( 75 %)menggunakan teknologi dan selebihnya 8 orang ( 25 % ) tidak memanfaatkan teknologi
Teknologi yang telah dimanfaatkan responden antara lain computer untuk usahasimpan pinjam, wartel, mesin jahit, microwave, sarana angkutan, alat penangkapikan dengan tenaga surya, mesin photo copy, dan sebagainya. Sedang yangbelum memanfaatkan teknologi karena memang kegiatan usahanya belummemerlukan teknologi modern, namun ada juga yang sebetulnya membutuhkanbelum bisa memanfaatkan karena kendala keuangan sehingga teknologitersebut belum terjangkau.
Sejalan dengan optimisme pelaku usaha dan kepercayaan ataskemampuannya, ternyata dari 32 responden 23 orang (71,85%)menyatakanselalu memikirkan tentang  diversifikasi usaha, 7 orang (21,88%) menyatakankadang-kadang, dan hanya 2 orang (6,25%) tidak pernah memikirkan tentangdiversifikasi usaha. Diversifikasi usaha  yang akan dilakukan pelaku usahaantara lain K1 Sulsel ingin membantu pemasaran produk kerajinan kelompok-kelompok prouktif yang dibinanya, dan UK ingin memanfaatkan bahan bakuyang ada di wilayahnya, membuka unit-unit usaha baru tentu saja disesuaikandengan ketrampilan dan kemampuan yang dimilikinya. Pemikiran terhadapdiversifikasi usaha mungkin juga disebabkan karena usaha yang digeluti sudahjenuh.

4.8  Hubungan Kerja Antara Pimpinan/ Pelaku Usaha Dengan Bawahan/Sejawat dan Mitra Usaha
Hubungan kerja pimpinan/ pelaku usaha dengan anak buah/ staf/ manajeratau dengan sejawat seperti dalam koperasi dengan Badan Pengawas hampirseluruhnya: 28 orang (87,5%) menyatakan tidak ada kesulitan, yangmenyatakan pernah ada kesulitan 2 orang (6,25 %) dan kadang-kadang 2 orang (6,25%). Tidak adanya kesulitan dalam hubungan kerja dengan bawahanadalah wajar karena sampel dalam penelitian ini koperasinya juga tidak terlalubesar, paling banyak menggunakan tenaga kerja 66 dan 94 orang yaitu K1dan K2  di Jawa Timur sedang usaha kecil yang dijadikan sampel juga usaharumah tangga yang menyerap tenaga kerja 4-10 orang dan paling banyak 15 orangDalam hal hubungan dengan mitra usaha, dalam penelitian ini ternyata dari32 responden yang menyatakan tidak ada kendala 19 orang (59,38 %), sedangyang ada kendala 13 orang (40,62%). Kendala hubungan dengan mitra usahakebanyakan yang banyak diperlukan adalah kemitraan dengan BUMN atauBUMS belum jalan, pembayaran tidak tepat waktu, kesulitan dalam penagihancicilan pada anggota, dan lain sebagainya.
4.9 Kebutuhan Peningkatan Pengetahuan dan KetrampilanDalam hal peningkatan pengetahuan, materi yang paling banyak diminati pelakuusaha wanita adalah pemasaran dan bisnis 20 orang ( 62,5 %), perilakukonsumen atau pelanggan 17 orang ( 53,12 %), lingkungan strategis 15responden, kemudian trend baru, hukum, dan perundang-undangan masing-masing 11 orang (46,88%), dan hanya satu orang (3,12%) yang tertarik tentanglaporan keuangan dan akuntansi.
Dalam hal peningkatan ketrampilan, yang banyak dibutuhkan oleh pelakuusaha wanita adalah mengenai peningkatan ketrampilan manajerial: 20 orang(62,5%), memasarkan produk :17 orang ( 53,12 %),  penggunaan teknologidan sumber daya masing-masing: 16 orang (50 %), kemudian melakukaninovasi sesuai dengan kegiatan usahanya 15 orang (46,88%), danmemproduksi barang dan jasa : 12 orang (37,5 %).
4.10 Persepsi Terhadap Citra Diri Dan Kompetensi Pelaku Usaha
Dari 32 responden pimpinan atau pelaku usaha kecil dan pengurus koperasiwanita yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, ternyata 23 orang (71,88%)kepemimpinannya bersifat partisipatif yaitu dalam mengambil keputusanmeminta pendapat, masukan, dan saran dari staf atau anak buah dan 9 orang(28,12%) kepemimpinannya bersifat semi partisipatif yaitu dalam pengambilankeputusan mendengarkan pendapat, masukan, dan saran dari staf atau anakbuah meskipun keputusan tetap ditangani pimpinan sendiri.
Penelitian terhadap citra diri pimpinan pelaku UKM dan pengurus koperasiyang terdiri dari kejujuran, tanggung jawab, keterbukaan, kepedulian, respek,dan disiplin, dari 32 responden yang dinilai, ternyata dalam hal kejujuran 22orang (68,75%) dinilai baik, 2 orang (6,25%) dinilai sedang, selebihnya: 8orang (25 %) dinilai kurang. Dalam hal tanggung jawab 28 orang (87,5%)dinilai baik, 4 orang (22,5%) dinilai sedang, dari segi keterbukaan 24 orang(75 %) dinilai baik, 7 orang (21,88%) dinilai sedang, dan 1 orang (3,12%)dinilai kurang. Dalam hal kepedulian 23 orang (71,88%) dinilai baik, 9 orang(39,13%) dinilai sedang, dalam hal respek 18 orang (25%) dinilai baik dan 14orang (43,75%) dinilai sedang, dan dalam hal disiplin 22 orang (68,75%) dinilaibaik, 10 orang (31,25%) dinilai sedang. Dengan demikian hampir  semuaunsur citra diri pelaku usaha dinilai baik dan sedang.
Dari kompetensinya, seluruhnya responen  memiliki sifat ulet, yang memilikisifat berani mengambil resiko 26 orang (81,25%), yang kreatif 23 orang(71,88%), yang proaktif menghadapi perubahan 21 orang (65,62%), yangmemiliki jiwa besar 25 orang (78,12%), yang memiliki percaya diri tinggi 27orang (84,38%), yang tegar atau tidak mudah putus asa 26 orang (81,25%),dan seluruhnya (100%) bersifat ekstrovet (terbuka). Dengan demikian dari 32pelaku usaha wanita  yang dinilai belum seluruhnya memiliki kompetensi yangseharusnya dimiliki seorang pelaku usaha atau wirausaha yaitu masih adayang tidak berani mengambil resiko, tidak kreatif, tidak proaktif menghadapiperubahan, tidak berjiwa besar, kurang percaya diri, dan tidak tegar atau mudahputus asa.


NAMA : RACHMA ANNASTARI
NPM   : 25211695

Tidak ada komentar:

Posting Komentar