STUDI PERAN SERTA WANITA DALAM PENGEMBANGANUSAHA KECIL MENENGAH DAN
KOPERASI
sumber :
http://smecda.com/kajian/menu/menu_isi____/jurnal_1_2006.htm
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1.Dalam kegiatan UKM,
wanita berperan sebagai pelaku usaha
atausebagai pemilik, sebagai manager ataupun tenaga kerja. Dalam kegiatankoperasi,
wanita dapat berperan sebagai anggota, pengurus, pengawas,manager, pembina
ataupun pendamping usaha. Peran serta wanita dalamberbagai sektor, namun sesuai
dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikiwanita seperti tekun, teliti, ulet,
sabar, jujur, tangguh, rasa tanggung jawabtinggi, kemauan keras, semangat
tinggi, disiplin, maka kebanyakan wanita berhasil dalam bidang keuangan,
kerajinan, industri pengolahan,hal ini juga ditunjukkan dari hasil penelitian
ini yang mana hampir seluruh koperasi dengan kegiatan usaha pokoknya simpan
pinjam cukup berhasil.Sedang sebagai
pengusaha kecil wanita banyak bergerak dalam usahapertokoan, industri
makanan dan minuman, konveksi/garmen, salon/riaspengantin sekaligus memproduksi
assesorisnya, kerajinan dari lontar,kaca, keramik dan sebagainya.
2. Koperasi contoh yang dikelola
wanita, dapat diketegorikan koperasi kecil,sedang, besar dan sangat besar dilihat dari kelembagaan khususnyajumlah
anggota dan tenaga kerjanya, maupun kinerja usahanya dan hampirsemuanya
berjalan cukup baik. Dari penelitian ini terdapat Koperasi Wanita yang cukup
menonjol dan dikategorikan sangat besar
yaitu K1 Sulseldengan anggota lebih 1000 orang, K1 Jatim dengan anggota lebih
6000orang dan K2 Jatim dengan anggota lebih
9000 orang. Ketiga koperasi ini juga
memiliki kinerja usaha seperti modal sendiri, modal luar, volume usaha,
sisa hasil usaha cukup besar dengan perkembangan cukup baikpula. Ketiga
Koperasi tersebut memiliki omset atau volume usaha pertahun cukup tinggi yaitu
K2 Jatim (Rp 35,41 M), K1 Jatim (Rp 6,5
M),dan K1 Sulsel (Rp 2,6 M), yang mana VU ini akan memberikan multifiereffect
pada usaha mikro dan kecil di wilayahnya karena kebanyakanVUnya berupa pinjaman
modal kerja pada UKM. kategori kecil,
sedang dan besar, meskipun nilai nominal usahanya tidakterlalu besar namun
memiliki perkembangan baik selama dua tahunterakhir, seperti K1 Jawa Barat, K2 Kalimantan Barat,
dan K1 SumateraBarat. Kinerja usaha kecil sampel cukup baik pula, dilihat dari
modalswadaya, omset, dan margin yang dicapai yaitu rata-rata lebih dari 25%,
meskipun dalam hal penyerapan tenaga kerjanya masih relatif kecil.Dengan
demikian dapat dikatakan wanita memiliki kompetensi cukupbaik dalam
pengembangan UKMK. Dengan syarat benar-benarmencurahkan cukup waktu dan
pikirannya dalam kegiatan tersebut.
3.Dilihat dari kelebihannya, wanita pelaku usaha memiliki
berbagai kelebihanseperti ulet (54,4%), tanggung jawab( 34,38 %), teliti
dan rasa tanggungjawab masing-masing
34,38 %, tekun, sabar dan jujur masing-masing21,88 %, kreatif dan ingin maju
masing-masing 18,75% dari jumlahsampel,
merupakan faktor dominan penyebab wanita berhasil sebagaipelaku usaha,
dan sebaliknya memilki kelemahan antara lain karenakurang dukungan keluarga (
37,5 % dari jumlah sampel), kurang dukunganlingkungan dan pemerintah setempat
(28,12% dari jumlah sampel), peranganda (21,88 %), kurang berani mengambil
resiko dan bersifat konsumtifmasing-masing 15,62 %, kurang profesional (12,5%
dari jumlah sampel )merupakan faktor penyebab wanita gagal sebagai pelaku
usaha.
4.Koperasi/UKM sampel masih menghadapi
permasalahan-permasalahandalam mengembangkan usahanya, seperti kurang modal,
lemahnya SDM,kurang menguasai teknologi/pasar
memperngaruhi kinerja usaha,sehingga permasalahan-permasalahan tersebut
perlu dicarikan pemecahansecara terpadu.
5.Hampir seluruh responden wanita pelaku usaha menyatakan
inginmenciptakan lapangan usaha/mengurangi penggangguran sebagai motivasi
mengapa berkiprah dalam dunia usaha (96,88 % dari jumlahsampel), hal ini menunjukkan adanya kesadaran wanita
untuk ikut sertamengatasi kondisi kritis yang dihadapi bangsa Indonesia
khususnyadengan semakin meningkatnya penggangguran.
5. Sebanyak 87,8 % responden wanita pelaku usaha yang
menyatakantidak ada kesulitan dalam menjalin hubungan kerja dengan anak buah,sejawat,
ini menunjukkan responden memiliki kemampuan peran sosial yang baik
6.Dari penilaian anak buah/pembina tentang kepemimpinan,
hubungan kerja,citra diri dan kompetensinya, ternyata 72,7% sampel wanita
pelaku usahakepemimpinannya bersifat partisipatif, 27,3 % semi partisipatif,
dan tidakada yang bersifat otoriter. Dalam
hal hubungan kerja dengan
bawahan/sejawat, ternyata 15 orang (46,87% dari jumlah sampel dinilai bersifatpada
anak buah, dan tidak yang bersifat suka
bekerja sendiri. Adapuncitra diri seluruh sampel dilihat dari aspek kejujuran, keterbukaan,tanggung
jawab, kepedulian, respek dan disiplin, seluruhnya dinilaii baikdan sedang,
tidak ada yang dinilai kurang. Dalam hal kompetensi sampel,ternyata belum
seluruh wanita pelaku usaha yang dijadikan sampelmemiliki seluruh kompetensi
yang seharusnya dimiliki, yaitu masih adayang tidak berani mengambil resiko,
tidak kreatif, tidak proaktif, tidakberjiwa besar, tidak percaya diri, dan
tidak tegas.
7.Terdapat kesadaran dan kemauan yang tinggi dari wanita
pelaku usahauntuk meningkatkan kemampuan ketrampilannya agar dapat meningkatkanusahanya,
baik dalam bentuk pendidikan/pelatihan, studi banding,maupun magang. Materi
peningkatan pengetahuan yang paling banyakdiminati yaitu tentang bisnis 21
responden (65,62%), kemudianpemasaran, konsumen/pelanggan, dan lingkungan
strategis, masing-masing diminati oleh 20, 17, dan 16 responden atau
masing-masing 62,5%, 53,12%, dan 50% dari sampel. Materi peningkatan ketrampilan yangpaling
banyak diminati adalah peningkatan ketrampilan manajerial 21responden (65,5%),
kemudian cara memanfaatkan teknologi,memanfaatkan sumberdaya, memasarkan produk
masing-masing diminatioleh 17 responden atau 53,12%.
5.2 Saran
1. Untuk mengatasi permasalahan
dalam sulitnya akses pada sumber-sumber permodalan, pemerintah diharapkan dapat
memberikankemudahan pada koperasi/UKM memperoleh fasilitas kredit, konsep ModalAwal
Padanan (MAP) yang dirintis BPSKPKM yang mudah diakseskoperasi/UKM mungkin
implementasinya dapat diperluas.
2. Guna meningkatkan kompetensi
pelaku usaha dalam rangkameningkatkan usahanya perlu dilakukan peningkatan
pengetahuan,ketrampilan dari pelaku usaha koperasi/UKM baik berupa diklat,
kursus,magang, studi banding, ataupun perbandingan usaha, yang mana materinya
sesuai dengan kebutuhan dan kegiatan usahanya.
3. Adanya kebutuhan pembinaan
manajerial, pelayanan bisnis lainnya untukmemudahkan akses pada sumber
permodalan, kerjasama dengan sumberbahan baku, informasi pasar, untuk itu
implementasi LPB ( LembagaPelayanan Bisnis) ataupun pendampingan bisnis
implementasinyahendaknya diperluas untuk
pelaku usaha wanita. 151
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Laporan Akhir Penelitian
Peranan Wanita Dalam Pengembangan
Koperasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Koperasi,
Departemen Koperasi, 1991-1992;
Hesti, R.Wd. Penelitian Perspektif
Gender dalam Analisis Gender Dalam
Memahami Persoalan Perempuan,
Jurnal Analisis Sosial Edisi IV
Nopember 1996;
Hetifah, S. dkk, Strategi dan
Agenda Pengembangan Usaha Kecil, Seri
Penelitian AKATIGA, Yayasan
AKATIGA 1995;
Masykur Wiratmo, Pengantar Kewiraswastaan
Kerangka Dasar
Memasuki Dunia Bisnis, BPFE UGM Yogyakarta, edisi Pertama;
Porter Michael E, Competitive Advantage, The Free Press, 1985;
Siagian Salim dan Asfahani,
Kewirausahaan Indonesia dengan Semangat
17-8-1945, Puslatkop. PK Depkop
dan Pembinaan Pengusaha Kecil,
Jakarta;
Sumampaw, S.A. dkk, Ada Bersama
Tradisi Seri Usaha Mikro Kecil,
Swisscontact dan Limpad, 2000
NAMA : RACHMA ANNASTARI
NPM : 25211695
Tidak ada komentar:
Posting Komentar