Badai Ganas Haiyan Tewaskan 10.000 Jiwa di Filipina Selatan
MANILA — Sekurangnya 10.000 orang tewas akibat terjangan badai
sangat ganas Topan Haiyan di Kota Tacloban dan ratusan lainnya di sejumlah
daerah di bagian tengah Filipina pada Jumat malam. Sedangkan ratusan ribu orang
kehilangan tempat tinggal. Topan ganas itu telah meluluhlantakkan seluruh
rumah, sekolah dan bandara di Tacloban.
Dilansir BBC, hingga
Minggu malam tim SAR belum berhasil menjangkau sejumlah kota kecil dan
desa-desa yang terisolasi sejak badai menyerang. Di banyak tempat, tidak ada
air bersih, tidak ada listrik dan hanya ada sedikit makanan. Warga yang selamat
menjarah sejumlah toko, bahkan termasuk toko elektronik untuk dijual guna
mendapatkan makanan. Ribuan tentara telah dikerahkan ke zona bencana dan
pesawat kargo militer terbang untuk mengangkut pasokan makanan. Namun tim SAR
mengalami kesulitan karena jalan-jalan yang rusak dan puing-puing bangunan.
Paus Franciskus berjanji akan membantu para korban di negara yang
penduduknya menganut Katolik. Sementara Presiden Amerika Barack Obama menyatakan
sangat berduka atas banyaknya nyawa yang hilang dan kerusakan yang sangat besar
serta memuji keuletan orang Filipina.
Topan Haiyan kini telah menerjang negara tetangga Vietnam
dan menghantam daerah dekat tujuan wisata Teluk Ha Long dengan kecepatan angin
hingga 149 kilometer per jam. Sekitar 600.000 orang telah dievakuasi di
beberapa wilayah di propinsi utara. Badai terus bergerak dan mendekati
perbatasan Cina. Namun kecepatan badai menurun dan masuk Kategori Satu.
Pemerintah Cina juga mengeluarkan siaga waspada untuk wilayah Guangdong,
Hainan.
Upaya penyelamatan di Filipina kini difokuskan pada Propinsi
selatan, Propinsi Leyte dan ibukotanya Tacloban. Namun petugas kesulitan
mendistribusikan bantuan karena medan yang sulit dilalui, juga terjadi aksi penjarahan
dan sulitnya menertibkan masyarakat. Penjarahan terjadi dimana-mana terutama di
supermarket besar dan pusat perbelanjaan. Hampir seluruh rumah rata dengan
tanah akibat badai masif yang menyertai Topan Haiyan. Para penjarah mengambil
apa saja termasuk televisi untuk dijual lagi guna mendapatkan makanan, ujar
pejabat Tacloban, Tecson John Lim.
Presiden Benigno Aquino, yang mengunjungi Tacloban, berjanji akan
mengirimkan 300 polisi dan tentara untuk memulihkan perdamaian dan ketertiban.
Badai itu begitu ganas hingga mengandaskan sebuah kapal besar ke pantai.
Gelombang setinggi 10 meter telah menghanyutkan banyak kendaraan. Kota terdekat
Padi juga rusak parah.
Namun terparah adalah Kota Tacloban. Ini adalah kota pertama
di Filipina yang berhasil dibebaskan dari tangan penjajah Jepang dalam Perang
Dunia II. Jendral Amerika Douglas MacArthur pertama kali mendarat di kota ini
pada Oktober 1944. Tacloban sempat menjadi ibukota Filipina hingga Februari
1945. Setelah badai menerjang, penduduk masih panik dan ketakutan. Banyak orang
berkumpul di bandara yang rusak dalam upaya keluar dari kota itu.
Menteri Dalam Negeri Mar Roxas mengatakan skala operasi
bantuan kini semakin meluas karena banyak tempat telah berubah menjadi limbah
lumpur dan puing-puing. Situasinya seperti dilanda gelombang tsunami. Sementara
di Propinsi Samar Timur, sekitar 309 orang tewas di Kota Basry dan 2.000
lainnya hilang serta banyak yang terluka. Komunikasi masih terbatas di banyak
wilayah.
Di Guiuan, sebuah kota berpenduduk 40.000 ribu jiwa dekat lokasi
badai Haiyan menerjang, seluruh rumah rata dengan tanah dan jalan penuh dengan
puing-puing. Sedangkan Kota Baco di Propinsi Oriental Mindoro di barat laut,
sekitar 80 persen berada di bawah air. Berbagai negara dan lembaga menawarkan
bantuan kepada Filipina termasuk PBB. Topan Haiyan adalah salah satu badai
terparah di dunia yang melanda daratan. Haiyan menerjang enam ppulau di
Filipina Tengah pada Jumat lalu.
Haiyan berkecepatan 235 kilometer per jam dengan kekuatan tiupan
angin mencapai 275kilometer per jam dan disertai gelombang hingga setinggi. 15
meter serta hujan deras dengan curah hujan mencapai 400 milimeter di banyak
tempat.
www : harianterbit.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar